Kebanyakan orang berspekulasi bahwasanya seorang Sufi ialah orang yang mempunyai sifat zuhud dalam artian orang yang menghindari hal-hal yang bersifat keduniaan atau hilangnya keinginan terhadap ada yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat dengan jalan menjauhi hal-hal mubah yang berlebih yang tidak dapat digunakan untuk menunjang ketaatan kepada Alloh Subhanahu wa Taala. Dalam menyikapi hal tersebut, seorang yang bersifat zuhud belum bisa dikatakan bahwasanya dia seorang sufi, akan tetapi sifat zuhud tersebut merupakan langkah awal sufi untuk bertasawuf. Dan segala hal yang dapat menjadikan seseorang menjadi sufi sudah tersusun rapih dalam ilmu tasawuf.
Kata tasawuf tersendiri memiliki banyak perbedaan pendapat dari segi asal katanya. Secara ringkas perbedaan tersebut terbagi dalam dua sisi pokok, yang pertama jika dilihat dari segi asal kata lafadznya yang kedua dilihat dari segi lain yang menolak akan keberadaan ilmu tasawuf.
1. Dari segi asal katanya
Lafadz تصوف memiliki perbedaan dari segi asal katanya ada yang berpendapat diambil dari kata asshuf الصوف kebanyakan pendapat membenarkan akan keshihahan kata tersebut, jika dinisbatkan secara lughoh lafadz تختم dengan arti memakai cincin. Begitu juga dengan lafadz تصوف dengan arti memakai baju sufi, dan memakai baju sufi merupakan syiar sholihin. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shohih :
أن النبي صل الله عليه وسلم لبس الصوف , و رأى نبي الله يونوس عليه السلام يلبس جبة صوف
Namun pendapat ini masih dibantah dengan dalil bahwasanya ( nabi memakai pakaian yang simple untuk dipakai, terkadang memakai suff (pakaian sufi) , terkadang memakai pakaian berbahan katun, terkadang memakai pakaian yang berbahan katan dari liren, terkadang memakai burudah (baju musim dingin) dari yaman atau yang berwarna hijau, dan terkadang memakai jubah…). Dari sini dapat diambil kesimpulan makna لبس الصوفadalah pakaian yang dipakai kegaliban orang, bukan dilihat dari mahalnya yang identik dengan ketakaburan atau yang murah yang identik dengan ketawadluan, itu semua dapat ditemukan kebenarannya dalam segi niatnya, karna dalam hakikatnya pakaian taqwa ialah yang terbaik sebagaimana firman Alloh :الله لعلهم يذكرون ولباس التقوى ذلك خير ذلك من أيات .
Dan baju taqwa adalah pakaiannya para Anbiya dan sholihin yang merupakan baju seorang sufi.
Kemudian ada yang berpendapat asal kata tasawuf berasal dari lafadz asshoofa الصفاء , namun ini masih terdapat khilaf pendapat dari segi lughohnya karena nisbah lafadz الصفاء adalah صفائي, أو صفاوي أو صفوي akan tetapi ada sebagian yang membenarkannya dan pendapat yang paling rojih bahwasanya terjadi perpindahan tempat dalam hurufnya untuk takhfif atau keringanan, dengan cara memindahkan huruf fa ketempat wawu. Dapat dikatakan lafadz صوفي pergantian huruf dari صفوي dan ini selaras dari segi makna istilahi. Berpendapat Imam Gozali untuk menyatukan makna keduanya
و أحسن ما تلبس هذه الطائفة : الصوف: إذ هم منسبون إليه, .....و ينبغي ألا يلبس الصوف إلا من صفا من كدر النفس
Maksudnya adalah seorang sufi ialah orang yang memakai baju kesufiannya dan dalam keadaan bersih dari nafsunya.
Kemudian pendapat lainnya ada yang berpendapat lafadz tasawuf berasal dari lafadz assuffah (الصفة ) jika diserupakan dengan keadaan orang orang sufi di daerah ashsuffah pada masa nabi berada. Selanjutnya ada yang berpendapat lafadz tasawuf di ambil dari lafadz asshifah ( الصفة) yang berarti sifat, dengan artian seorang sufi ialah orang yang memiliki sifat yang baik.
2. Dari segi penolakannya
Ada sebagian pendapat yang menolak akan keberadaan ilmu tasawuf karena tidak sesuai dari segi asal katanya lafadz tasawuf tersendiri dan ada yang menolak dari segi keaslian dzatiahnya karena tidak adanya wurud dari Al- Qur’an dan As-Sunah . Namun pendapat tersebut masih bisa dibantah dari ucapan Hasan bashri (wafat tahun 110 H) yang menyatakan sudah banyak menemukan istilah tasawuf dari para sahabat dan kibar tabiin pada zamannya. Misalnya dari kutipan kalam dari Iman Ahmad bin Hambal kepada Abi Ali Muhammad bin Hasan bin Hamzah yang merupakan seorang sufi bertanya pada suatu masalah ( ما تقول في هذا يا صوفي؟ ) atau dari yang lainya ketika bertanya pada Iman Ahmad ( ما تصنع بالحديث يا صوفي؟ ) ini menolak ucapan sebelumnya yang menyatakan tiadanya wurud lafadz tasawuf pada masa salaf. Dan sekira nya tiada wurud dari Al-Qur’an memang benar, akan tetapi perlu ditegaskan meskipun tiadanya satu kata pun disebutkan dalam Al-Qur’an akan tetapi isi pengamalan dari tasawuf itu banyak disebutkan dalam Al-Qur’an yaitu ilmu yang menjelaskan tentang ahwal atau keadaan tingkah dalam tazkiyatun annafs ( pembersihan diri) dan bersihnya akhlaq dhohir dan batinnya seorang sufi dalam meraih kebahagian yang abadi dan haqiqi di sisi Ilahi Robbi.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa ilmu tasawuf ialah Akhlaq, yang selaras dengan Al-Qur’an dan As-Sunah dan dari kehidupan Nabi, Para sahabat dan Tabiin. Dengan jalan dakwah/ ajakan kepada taubat kepada Alloh, zuhud akan gemerlapnya dunia, tawakal akan qodo qodarnya Alloh, sabar ketika taat dan ketika khilaf ketika dilanda bala, belajar memperkukuh diri, muroqobah dengan sang Kholiq , takut kepada Alloh , pengharapan hanya kepada Alloh, menanamkan mahabbah kepada-Nya, dan ikhlas ketika beramal dan masih luas lagi hingga akhirnya bisa wusul kepada-Nya dengan jalan muroqobah kemudian musyahadah dan akhirnya bisa makrifat kepada Alloh.
Dalil- dalil Tentang Tasawuf Dalam Al-Qur’an dan As-Sunah
a. Tentang akhlaq Nabi
و إنك لعلى خلق عظيم ( al-qolam ayat;4)
لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم ( at-taubah ayat; 128)
خد العفو وأمر بالعرف و أعرض عن الجاهلين ( al-a’rof ayat : 199)
Dari hadist dari sayidah Aisyah ra ketika ditanya akan akhlaq Rosululloh
كان خلقه القرآن
b. Anjuran untuk berzuhud
واضرب لهم مثل الحياة الدنيا كماء أنزلناه من السماء فاختلط به نبات الأرض فأصبح هشيما تذروء الرياح وكان الله علي كل شيء مقتدر ( al-kahfi ayat ; 45)
Dari hadits tentang zuhudnya nabi dari perhiasan dunia
(أنه خير بين أن يكون عبدا نبيا أو ملكا نبيا فاختار أن يكون عبدا نبيا)
c. Tentang mujahidun Nasf
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا و إن الله لمع المحسنين ( al-ankabut ayat 69)
d. Tentang sabar
يا أيها الذين أمنوا اصبروا وصابروا ورابطوا و اتقوا الله لعلكم تفلحون ( ali –imron ayat: 200)
e. Tentang tawakal
( وعلى الله فتوكلوا إن كنتم مؤمنين ) al-maidah ayat;23
f. Tentang taubat
يا أيها الذين امنوا توبوا إلى الله توبة نصوحا عسى ربكم أن يكفر عنكم سيأتكم و يدخلكم جنت تجري من تحتها الأنهار يوم لا يخزى الله النبي و الذين أمنوا معه نورهم يسعى بين أيديهم و بأيمانهم يقولون ربنا اتمم لنا رورنا واغفر لنا إنك على كل شيء قدير ( at-tahrim ayat;8)
Demikian lah sedikit pengenalan tentang tasawuf dan seorang sufi yang bertasawuf, namun penulis sedikit mengingatkan bahwasannya seorang sufi tidak bisa dilihat dari segi lahir nya saja tapi harus bersih batinnya dalam artian hatinya hidup dalam mengingat Alloh sehingga bisa musyahadah dengan-Nya dalam ruh rohbaniyyah yang penuh dengan nur Muhammadiyyah didalamnya.
Sehingga tidak terjadi pembagian segmen ruh dan maadi ( materi ) sebagaimana terjadi kebanyakan sekarang. Akan tetapi harus menyatukan keduanya sehingga tawazun/ seimbang dari keduanya agar tidak menimbulkan fitnah antar sesama manusia. Sebagai contoh diri Rosullulloh yang dapat menyatukan syari’at, torikat dan hakikat/makrifat. Dengan fiqh sebagai dasar ilmu syari’atnya, tasawuf sebagai dasar ilmu toriqotnya, dan tauhid sebagai dasar ilmu hakikat/makrifatnya sehingga dapat mencapai sir/ rahasia dari macam-macam rahasia akan kebenaran Haq yang sebenarnya yang Haqiqi.
Di akhir ditutup dengan kalam indah Imam Malik rohimahulloh:
(من تصوف و لم يتفقه فقد تزندق ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق ومن جمع بينها فقد تحقق)
“barang siapa yang bertasawuf tetapi tidak berfiqih maka ia hanya dalam kepura-puraan dan barang siapa yang terfiqih tetapi tidak bertasawuf maka ia seorang fasiq dan orang dapat menyatukan keduanya maka ia berada dalam kebenaran yang haq”.
AlfiTR
Kata tasawuf tersendiri memiliki banyak perbedaan pendapat dari segi asal katanya. Secara ringkas perbedaan tersebut terbagi dalam dua sisi pokok, yang pertama jika dilihat dari segi asal kata lafadznya yang kedua dilihat dari segi lain yang menolak akan keberadaan ilmu tasawuf.
1. Dari segi asal katanya
Lafadz تصوف memiliki perbedaan dari segi asal katanya ada yang berpendapat diambil dari kata asshuf الصوف kebanyakan pendapat membenarkan akan keshihahan kata tersebut, jika dinisbatkan secara lughoh lafadz تختم dengan arti memakai cincin. Begitu juga dengan lafadz تصوف dengan arti memakai baju sufi, dan memakai baju sufi merupakan syiar sholihin. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shohih :
أن النبي صل الله عليه وسلم لبس الصوف , و رأى نبي الله يونوس عليه السلام يلبس جبة صوف
Namun pendapat ini masih dibantah dengan dalil bahwasanya ( nabi memakai pakaian yang simple untuk dipakai, terkadang memakai suff (pakaian sufi) , terkadang memakai pakaian berbahan katun, terkadang memakai pakaian yang berbahan katan dari liren, terkadang memakai burudah (baju musim dingin) dari yaman atau yang berwarna hijau, dan terkadang memakai jubah…). Dari sini dapat diambil kesimpulan makna لبس الصوفadalah pakaian yang dipakai kegaliban orang, bukan dilihat dari mahalnya yang identik dengan ketakaburan atau yang murah yang identik dengan ketawadluan, itu semua dapat ditemukan kebenarannya dalam segi niatnya, karna dalam hakikatnya pakaian taqwa ialah yang terbaik sebagaimana firman Alloh :الله لعلهم يذكرون ولباس التقوى ذلك خير ذلك من أيات .
Dan baju taqwa adalah pakaiannya para Anbiya dan sholihin yang merupakan baju seorang sufi.
Kemudian ada yang berpendapat asal kata tasawuf berasal dari lafadz asshoofa الصفاء , namun ini masih terdapat khilaf pendapat dari segi lughohnya karena nisbah lafadz الصفاء adalah صفائي, أو صفاوي أو صفوي akan tetapi ada sebagian yang membenarkannya dan pendapat yang paling rojih bahwasanya terjadi perpindahan tempat dalam hurufnya untuk takhfif atau keringanan, dengan cara memindahkan huruf fa ketempat wawu. Dapat dikatakan lafadz صوفي pergantian huruf dari صفوي dan ini selaras dari segi makna istilahi. Berpendapat Imam Gozali untuk menyatukan makna keduanya
و أحسن ما تلبس هذه الطائفة : الصوف: إذ هم منسبون إليه, .....و ينبغي ألا يلبس الصوف إلا من صفا من كدر النفس
Maksudnya adalah seorang sufi ialah orang yang memakai baju kesufiannya dan dalam keadaan bersih dari nafsunya.
Kemudian pendapat lainnya ada yang berpendapat lafadz tasawuf berasal dari lafadz assuffah (الصفة ) jika diserupakan dengan keadaan orang orang sufi di daerah ashsuffah pada masa nabi berada. Selanjutnya ada yang berpendapat lafadz tasawuf di ambil dari lafadz asshifah ( الصفة) yang berarti sifat, dengan artian seorang sufi ialah orang yang memiliki sifat yang baik.
2. Dari segi penolakannya
Ada sebagian pendapat yang menolak akan keberadaan ilmu tasawuf karena tidak sesuai dari segi asal katanya lafadz tasawuf tersendiri dan ada yang menolak dari segi keaslian dzatiahnya karena tidak adanya wurud dari Al- Qur’an dan As-Sunah . Namun pendapat tersebut masih bisa dibantah dari ucapan Hasan bashri (wafat tahun 110 H) yang menyatakan sudah banyak menemukan istilah tasawuf dari para sahabat dan kibar tabiin pada zamannya. Misalnya dari kutipan kalam dari Iman Ahmad bin Hambal kepada Abi Ali Muhammad bin Hasan bin Hamzah yang merupakan seorang sufi bertanya pada suatu masalah ( ما تقول في هذا يا صوفي؟ ) atau dari yang lainya ketika bertanya pada Iman Ahmad ( ما تصنع بالحديث يا صوفي؟ ) ini menolak ucapan sebelumnya yang menyatakan tiadanya wurud lafadz tasawuf pada masa salaf. Dan sekira nya tiada wurud dari Al-Qur’an memang benar, akan tetapi perlu ditegaskan meskipun tiadanya satu kata pun disebutkan dalam Al-Qur’an akan tetapi isi pengamalan dari tasawuf itu banyak disebutkan dalam Al-Qur’an yaitu ilmu yang menjelaskan tentang ahwal atau keadaan tingkah dalam tazkiyatun annafs ( pembersihan diri) dan bersihnya akhlaq dhohir dan batinnya seorang sufi dalam meraih kebahagian yang abadi dan haqiqi di sisi Ilahi Robbi.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa ilmu tasawuf ialah Akhlaq, yang selaras dengan Al-Qur’an dan As-Sunah dan dari kehidupan Nabi, Para sahabat dan Tabiin. Dengan jalan dakwah/ ajakan kepada taubat kepada Alloh, zuhud akan gemerlapnya dunia, tawakal akan qodo qodarnya Alloh, sabar ketika taat dan ketika khilaf ketika dilanda bala, belajar memperkukuh diri, muroqobah dengan sang Kholiq , takut kepada Alloh , pengharapan hanya kepada Alloh, menanamkan mahabbah kepada-Nya, dan ikhlas ketika beramal dan masih luas lagi hingga akhirnya bisa wusul kepada-Nya dengan jalan muroqobah kemudian musyahadah dan akhirnya bisa makrifat kepada Alloh.
Dalil- dalil Tentang Tasawuf Dalam Al-Qur’an dan As-Sunah
a. Tentang akhlaq Nabi
و إنك لعلى خلق عظيم ( al-qolam ayat;4)
لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم ( at-taubah ayat; 128)
خد العفو وأمر بالعرف و أعرض عن الجاهلين ( al-a’rof ayat : 199)
Dari hadist dari sayidah Aisyah ra ketika ditanya akan akhlaq Rosululloh
كان خلقه القرآن
b. Anjuran untuk berzuhud
واضرب لهم مثل الحياة الدنيا كماء أنزلناه من السماء فاختلط به نبات الأرض فأصبح هشيما تذروء الرياح وكان الله علي كل شيء مقتدر ( al-kahfi ayat ; 45)
Dari hadits tentang zuhudnya nabi dari perhiasan dunia
(أنه خير بين أن يكون عبدا نبيا أو ملكا نبيا فاختار أن يكون عبدا نبيا)
c. Tentang mujahidun Nasf
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا و إن الله لمع المحسنين ( al-ankabut ayat 69)
d. Tentang sabar
يا أيها الذين أمنوا اصبروا وصابروا ورابطوا و اتقوا الله لعلكم تفلحون ( ali –imron ayat: 200)
e. Tentang tawakal
( وعلى الله فتوكلوا إن كنتم مؤمنين ) al-maidah ayat;23
f. Tentang taubat
يا أيها الذين امنوا توبوا إلى الله توبة نصوحا عسى ربكم أن يكفر عنكم سيأتكم و يدخلكم جنت تجري من تحتها الأنهار يوم لا يخزى الله النبي و الذين أمنوا معه نورهم يسعى بين أيديهم و بأيمانهم يقولون ربنا اتمم لنا رورنا واغفر لنا إنك على كل شيء قدير ( at-tahrim ayat;8)
Demikian lah sedikit pengenalan tentang tasawuf dan seorang sufi yang bertasawuf, namun penulis sedikit mengingatkan bahwasannya seorang sufi tidak bisa dilihat dari segi lahir nya saja tapi harus bersih batinnya dalam artian hatinya hidup dalam mengingat Alloh sehingga bisa musyahadah dengan-Nya dalam ruh rohbaniyyah yang penuh dengan nur Muhammadiyyah didalamnya.
Sehingga tidak terjadi pembagian segmen ruh dan maadi ( materi ) sebagaimana terjadi kebanyakan sekarang. Akan tetapi harus menyatukan keduanya sehingga tawazun/ seimbang dari keduanya agar tidak menimbulkan fitnah antar sesama manusia. Sebagai contoh diri Rosullulloh yang dapat menyatukan syari’at, torikat dan hakikat/makrifat. Dengan fiqh sebagai dasar ilmu syari’atnya, tasawuf sebagai dasar ilmu toriqotnya, dan tauhid sebagai dasar ilmu hakikat/makrifatnya sehingga dapat mencapai sir/ rahasia dari macam-macam rahasia akan kebenaran Haq yang sebenarnya yang Haqiqi.
Di akhir ditutup dengan kalam indah Imam Malik rohimahulloh:
(من تصوف و لم يتفقه فقد تزندق ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق ومن جمع بينها فقد تحقق)
“barang siapa yang bertasawuf tetapi tidak berfiqih maka ia hanya dalam kepura-puraan dan barang siapa yang terfiqih tetapi tidak bertasawuf maka ia seorang fasiq dan orang dapat menyatukan keduanya maka ia berada dalam kebenaran yang haq”.
AlfiTR

Mantap. Cantumkan referensi dan perbaiki ejaannya!
BalasHapussiap a, mohon bimbingan nya
Hapus