Tafsir Al Quran


Pada zaman Nabi SAW. Al-Quran yang tersebar di kalangan sahabat tidaklah dihafal semuanya, melainkan sebagian atau terbatas pada ayat-ayat tertentu. Berbeda dengan periode selanjutnya yang lebih menekankan proses menghafal Al-Quran. Mereka tidak terlalu  mengintensifkan hafalan kecuali setelah melakukan pendalamn dari segi makna dan kandungan yang dimuat dalam ayat tersebut. Diriwayatkan dari Imam Ahmad bahwasannya Abu Abdurrahman As-Sulami berkata : “Kami berbicara dengan orang-orang yang gemar membaca Al-Quran seperti Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas`ud, dan para sahabat lainnya, tatkala mereka mendengar ayat dari Nabi SAW, mereka tidak meneruskan hafalannya kecuali setelah nengetahui dan memahami ayat-ayat tersebut”. Begitu pun dengan Ibnu Umar, beliau menghafal Q.S Al-Baqarah selama 8  tahun, karena beliau tidak melanjutkan hafalannya sebelum memahaminya dengan benar dan merealisasikannya di kehidupan sehari-hari.
Al-Quran banyak memuat tentang ayat-ayat muhkamah (yang jelas maknanya), ayat muhkamah yaitu ayat yang menjelaskan tentang prinsip-prinsip agama, juga undang-undang yang berkaitan dengannya. Terlebih pada periode Makkah, yang kondisi sosiologis masyarakat menuntut hal tersebut. Mayoritas sahabat mampu memahami jenis ayat ini, apalagi yang berasal dari ras Arab yang memiliki intuisi yang sesuai dengan Al-Quran. Tidak hanya itu, dalam Al-Quran juga terdapat ayat mutasyabihat (samar) yang sulit dipahami kecuali oleh sebagian sahabat yang memiliki kemampuan lebih dari biasanya. Hal ini menyebabkan berbagai perbedaan pemahaman di antara para sahabat. Namun pada umumnya para sahabat mampu memahami makna Al-Quran, karena kesesuaiannya dengan bahasa, sastra dan kondisi mereka pada waktu itu.
Diantara hal-hal yang menyebabkan perbedaan pendapat di kalangan para sahabat ialah sebagai berikut :
1.      Perbedaan dialek bahasa arab di setiap sukunya. Juga perbedaan pengetahuan akan sastra arab.
2.      Intensitas pembelajaran dari Nabi SAW. yang diperoleh sahabat.
3.      Kebiasaan yang berbeda antara orang-orang Arab. Dan orang-orang yang menyaksikan kebiasaan tersebut ketika Al-Quran turun akan lebih paham daripada orang yang tidak menyaksikannya.
4.      Latar belakang orang Yahudi dan Nasrani yang tinggal di jazirah Arab ketika turunnya ayat alquran, karena dalam Al-Quran terdapat berbagai indikasi yang menunjukan pada perilaku orang Yahudi dan Nasrani, dan hal itu menyebabkan perbedaan para ahli tafsir dalam menafsirkan Al-Quran.
Sumber Tafsir
1.      Tafsir Manqul
Yaitu tafsir yang dikutip langsung dari Rasulullah SAW. seperti tafsir tentang sholat wustha, Rasulullah SAW. bersabda: “الصلاة الوسطى صلاة العصر” adapun yang di maksud dengan shalat wustha yaitu shalat ashar. Contoh lainnya ialah tafsir tentang Al-Hajj Al-Akbar, bahwasanya sayyidina Ali bertanya kepada Rasulullah : “Apa yang dimaksud dengan haji akbar ? Rasul pun menjawab haji akbar yaitu hari berkurban.”

2.      Tafsir Ijtihad
Seorang mufasir harus memahami ilmu bahasa arab, syi’ir orang jahiliyah dan mengetahui asbabunnuzul (sebab-sebab turunnya Al-Quran). Para sahabat banyak menafsirkan Al-Quran dengan metode ini seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud. Contohnya ketika menafsirkan ayat واذ اخذنا ميثاقكم ورفعنا فوقكم الطور  para mufasir berbeda  penafsiran pada kata الطور, pertama ada yang menafsirkan dengan gunung, kedua ada  yang menafsirkan dengan nama gunung (Gunung Tur), dan yang terakhir ada yang menafsirkan dengan sesuatu yang tumbuh di gunung (pohon). Perbedaan ini berkaitan dengan pendapat dan pemahaman ahli tafsir, sedangkan tekstual Al-Quran itu sendiri mustahil memiliki perbedaan.

3.      Memperdalam sesuatu yang logis.
Sumber yang terakhir ini yang paling banyak oleh para mufasir  yaitu dengan cara memperdalam penjelasan hal yang logis,ketika mendengar ayat-ayat Al-Quran, para ahli tafsir saling bertanya tentang apa yang terjadi, ketika mendengar anjing Ashabul Kahfi terdapat pertanyaan di benak mereka “Apa warna anjing tersebut”?, contoh lain “Sebesar apakah kapal Nabi Nuh”?, ”Siapakah nama laki-laki yang di bunuh oleh seseorang yang shaleh dalam cerita Nabi Musa”?, ketika dibacakan kepada mereka فخذ أربعة من الطيور  mereka bertanya “Jenis burung apakah itu”?, “Bintang apakah yang dilihat oleh Naabi Yusuf dalam mimpinya”?. Dan ketika dibacakan pada mereka suatu ayat yang terdapat isyarat pada kejadian Nabi, mereka tidak mampu untuk menyelesaikannya sendiri, melainkan mereka bertanya kepada ahli kitab sebelumnya dan mengambil manfaat darinya.

Tidak sedikit dari para sahabat yang terkenal dalam menafsirkan ayat Al-Quran, diantara orang yang banyak meriwayatkannya yaitu: Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud dan Ubay bin Ka’ab. Sedangkan orang yang sedikit meriwayatkannya yaitu: Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al-Asy’ari dan Abdullah bin Zubair.
Pada zaman tabi’in sebagian dari mereka terkenal meriwayatkan dari para sahabat, orang yang paling banyak yang meriwayatkan dari Ibnu Abbas adalah : Mujahid, Atha bin Abi Rabbah, Ikrimah asisten Ibnu Abbas dan Sa’id bin Zubair, mereka adalah murid-murid Ibnu Abbas di Makkah. Dalam meriwayatkan dari gurunya merekapun berbeda-beda, salah satu murid yang paling sedikit meriwayatkan dari gurunya adalah Mujahid, meskipun demikian beliau merupakan murid paling pintar. Dan Imam Syafii, Imam Bukhori dan para ulama lainnya menjadikan tafsir Ibnu Abbas sebagai salah satu referensi yang dipercaya. Pada jaman tabi’in tafsir banyak dipenuhi dengan cerita isroiliyat ( cerita palsu yang dibuat oleh bani isroil ) dan nasraniyat ( cerita palsu yang dikrang oleh bangsa nasrani ). Hal tersebut mulai merasuk ke ranah tafsir setelah banyak dari mereka yang masuk islam.
Setelah jaman para sahabat dan pembesar tabi’in, para ulama mulai mengarang kitab-kitab tafsir dengan satu metode, yaitu menyebutkan ayat Al-Quran  serta memuat riwayat dari para sahabat dan tabi’in dengan sanadnya. Seperti tafsir Sufyan bin Uyainah, Waqi bin Jarrah, Abdurrazzaq dll. Dan kitab-kitab tersebut sayangnya tidak sampai kepada kita, namun generasi setelahnya memberikan kita harapan, karena mereka mengarang kitab-kitab tafsir yang memiliki referensi terhadap kitab tersebbut. Adapun yang paling populer yaitu tafsir milik Ibnu Jarir At-Thobari.
Maka tafsir Al-Quran dari masa ke masa memiliki pengaruh yang sangaat besar terhadap revolusi ilmiah baik terhadap idiologi masyarakat, pemikiraan, pandangan hidup dan madzhab agama.

Wallohu A’alam


 DarulFalah







Komentar